Rabu, 27 April 2011

Taj Mahal ....ताज महल ... 7 Wonders in the World, So Amazing !


Dasar orang senang "menggelandang", suatu ketika begitu ada tawaran/ajakan untuk mau tidaknya ikut jalan-jalan ke India ... spontan saya tidak berpikir panjang menerimanya.  Terlebih yang mengajak saudara sendiri dan rupanya juga sangat memaklumi kondisi saya sebagai akademisi di PTN yang PNS yang serba ekonomi terbatas.  Cukup bayar ongkos pesawat + visa; sedangkan transportasi (lokal), makan plus hotel bebas bea. Alhamdulillah dan yang tidak saya duga sebelumnya salah satu tempat yang akan dikunjungi adalah Taj Mahal.  Salah satu "keajaiban" dunia yang sejak lama saya bermimpi ingin mengunjunginya.


Berjejal Antri di Depan Pintu Masuk Taj Mahal ... Melewati Penjagaan dan Pemeriksaan Ketat.


Taj Mahal yang Sungguh Mempesona

Konon cerita, akhirnya kami ber-enam-saudara dengan pasangan masing-masing sekitar awal bulan Agustus 2010 (tanggal 8 s/d 14) yang lalu berangkat menuju ke India.  Dari Jakarta kami tidak langsung ke Agra - India (kota dimana Taj Mahal berada); melainkan mampir dulu dua malam di Bangkok - Thailand, kemudian melewatkan tiga malam di Canglute - Goa, India,  dan baru dua malam berikutnya di New Delhi.  Benar ... ke Taj Mahal, kami tempuh lewat New Delhi yang perjalanan ke sana memerlukan waktu tidak kurang 8 - 10 jam pp.  Jarak dari New Delhi ke Agra sekitar 200 km dengan kondisi jalan yang tidak begitu mulus dan rame kendaraan (turis).  Kota Agra --- dimana lokasi Taj Mahal berada --- ada di utara New Delhi dan dapat ditempuh melalui perjalanan darat.  Bisa naik mobil ataupun kereta api.  Selain Taj Mahal bisa juga mengunjungi Benteng Agra (Agra Fort), dimana di tempat inilah dulu para raja keturunan Mughal memerintah kerajaan.  Dari benteng seluas dua setengah kilometer persegi tersebut, kita juga dapat melihat kemegahan Taj Mahal dengan Sungai Yamuna di sisinya.

Tāj Mahal (bahasa Urdu: تاج محل, Hindi: ताज महल) adalah sebuah monumen yang terletak di Agra, India. Dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shāh Jahān, anak Jahangir, sebagai sebuah musoleum untuk istri Persianya, Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya menghabiskan waktu 23 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal.
Shah Jahan, kaisar dari Kekaisaran Mughal memiliki kekayaan yang besar selama masa kejayaannya. Pada 1631 istri keduanya wafat sewaktu melahirkan putrinya Gauhara Begum, anak ke-14 mereka.  Taj Mahal dikenal sebagai contoh karya arsitektur muslim India.  Selain itu Taj mahal juga dikenang sebagai lambang cinta abadi Kaisar Shan Jahan untuk istrinya Mumtaz Mahal.  Taj Mahal merupakan simbol cinta dan hasrat; dibangun Kaisar Mogul ke lima itu antara tahun 1631 - 1648 untuk mengenang Arjuman Bano Begum, atau lebih dikenal sebagai Mumtaz Mahal. Awalnya, Shan Jahan hanya menyebut masjid itu hanya sebagai makam Mumtaz Mahal, namun akhirnya berkembang menjadi Taj Mahal.  Taj Mahal jika diterjemahkan berarti "istana mahkota", sebuah perluasan dari nama Mumtaz Mahal yang berasal dari Persia.


Mumtaz Mahal meninggal di usia 39 tahun, ketika melahirkan anak ke-14 pada tahun 1631. Kematian Sang Permaisuri ini membuat Sang Raja begitu berduka. Sebelum meninggal, Mumtaz berpesan ‘’ingin dibuatkan makam yang tak pernah disaksikan dunia sebelumnya untuk mengenangnya’’.Jadilah Jahan kemudian mengerahkan 20 ribu tenaga kerja untuk menunaikan pesan istrinya itu.


Shah Jahan memerintahkan Ustad Ahmad membuat bangunan ini. Ustaz Ahmad mengumpulkan 20.000 orang pekerja yang terdiri dari tukang batu, tukang emas, dan pengukir yang termasyhur dari seluruh dunia.  Dengan bumbung, kubah dan menara yang buat dari marmer putih, serta seni mozaik yang indah, Taj Mahal merupakan salah satu dari Tujuh keajaiban di dunia. Sebanyak 43 jenis batu permata, termasuknya yaitu berlian, jed, kristal, topaz dan nilam telah digunakan untuk memperindah Taj Mahal. Pembuatan Taj Mahal memakan masa selama 22 tahun.


Bahan bangunan didatangkan dari seluruh India dan Asia Tengah dengan menggunakan 1000 gajah. Dan berdirilah kubah utama setinggi 57 meter, 28 batu-batuan indah dari berbagai wilayah Asia digunakan. Seperti batu pasir merah dari Fatehpur Sikri, jasper dari Punjab, jade dan kristal dari Cina, batu pirus dari Tibet, lapis lazuli dan safir dari Srilanka, batubara dan batu kornelian dari Arab, dan berlian dari Panna. Lantainya pun terbuat dari pualam yang bercahaya dari Makrana, Rajasthan.


Contoh Mozaik di Bangunan Taj Mahal




Sapi-sapi ini dengan enaknya lewat di area Taj Mahal. Waktu diphoto dengan cepat saisnya
menadahkan tangan untuk minta uang. Jangan sembarangan photo yang anda pikir "aneh2" di India
manakala anda tidak ingin dikerubuti orang minta uang.

Tak seperti makam Mughal lainnya, taman Taj Mahal berada di depan makam. Latar belakang Taj Mahal adalah langit, sehingga Taj Mahal terlihat begitu gemerlap dengan warna. Komposisi bentuk dan garisnya pun simetris sempurna.  Banyaknya mitos serta kontroversi di seputar bangunan Taj Mahal menambah daya tariknya.  Oleh UNESCO, Taj Mahal telah ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia sejak 1983.  Adalah wajib menyaksikan kemegahan Taj Mahal di Kota Agra, India kawasan Uttar Pradesh, dari dekat.  Bukan sekedar dengar omongan dari orang lain yang pernah berkunjung ke sana, atau sekedar mengagumi kemegahan melalui foto; salah satu keajaiban dunia tersebut benar-benar menyuguhkan pemandangan yang agung dari sebuah mahakarya berlatar cinta suci dan abadi.  Taj Mahal dibangun dengan presisi, emosi dan seni arsitektur Islam-Hindu yang mengagumkan.  Bangunan ini tetap kukuh berdiri selama ribuan tahun.  Tidak salah kalau diklasifikasikan juga sebagai salah satu keajaiban dunia.



Hingga kini, Taj Mahal serta tatanan kompleksnya yang berdiri di atas lahan seluar 22,44 hektare sangat terawat.  Mulai bangunan utama setinggi 60 meter, are makam, gedung-gedung tambahan sekitarnya, infrastruktur pengairan, museum,  taman dan tanaman hijau membuat lingkungan Taj Mahal terasa bersih, hijau dan nyaman.  Pemeriksaan oleh tentara India yang cermat dan ketat menyambut kedatangan semua pengunjung tanpa terkecuali di pintu masuk kawasan Taj Mahal.  Tak secuil pun makanan yang bisa lolos masuk.  Begitu juga saat masuk ke bangunan utama ada kewajiban untuk membungkus sepatu kita dengan semacam kain kasut yang disediakan agar tidak ada kotoran maupun debu yang menempel di sepatu kita tercecer di lantai marmar yang lincin, putih dan tetap bersih.


Taj Mahal, Agustus 2010



 

Minggu, 06 Maret 2011

Bangka Belitung ... Bumi Laskar Pelangi ?

Pernah nonton film Laskar Pelangi yang terkenal itu? Saya sendiri jujur malah belum pernah, tetapi banyak mendengar cerita mengenai panorama indah dari pantai berbatuan yang dijadikan lokasi shooting film ini. Ya, konon kata orang itu semua anda bisa jumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dimana sejatinya letak Kepulauan Bangka Belitung itu sendiri? Nah untuk ini akan lebih baik anda simak baik-baik pengetahuan ilmu bumi dan buka peta geografi yang anda miliki atau bisa akses. Atau untuk mempermudah dan mempercepat orientasi, anda bisa melihatnya dalam gambar peta yang saya muatkan berikut ini :


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berbatasan dengan laut Cina Selatan di utara, Selat Karimata di sebelah Timur, Laut Jawa di Selatan dan Selat Bangka dan Pulau Sumatera di sebelah Barat. Terdiri dari dua buah pulau besar dan ratusan pulau kecil, dengan total luas wilayahnya mencapai sekitar 82 ribu km2. Hampir dua kali total luas negara Belanda, dimana 80% luasnya merupakan perairan.

Kepulauan Bangka belitung terkenal sebagai penghasil timah putih dunia terbesar dengan kualitas terbaik. Memiliki pantai yang landai berpasir putih, berombak tenang dan berhiaskan batu granit raksasa yang merupakan keistimewaan dari wilayah ini.


Gambar diatas adalah Pulau Bangka dengan ladang penambangan timah putih yang gambarnya diambil dari atas pesawat pada tanggal 19 Februari 2011 sekitar jam 12 siang. Seperti lahan-lahan penambangan umumnya problem lingkungan akan sangat pelik dan simalakama. Khususnya, bagaimana kita bisa mengembalikan tampak hijau untuk menggantikan warna coklat yang menggambarkan kondisi tandus dan gersang itu? Satu hal lain yang menggambarkan bagaimana "kaya"nya negeri ini, bisa dilihat dan dijumpai adanya "penambangan" sederhana yang dilakukan oleh rakyat kecil. Mereka mencoba mengais peluang untuk memperoleh beberapa gram timah putih dengan cara mengayak pasir di tepian pantai; sedangkan ditengah laut dijumpai beberapa kapal besar yang menyedot pasir timah dan mengolahnya. Berton-ton timah putih yang berhasil disedot, dibandingkan yang diperoleh penambang rakyat sangat ironis dan kontradiktif.



Dengan waktu tempuh tidak lebih satu jam dari Jakarta dan sekitar 30 menit dari Palembang dengan pesawat udara menuju Pangkal Pinang (Pulau Bangka) dan/atau Tanjung Panda (Pulau Belitung) --- tempat "lahir"nya Laskar Pelangi --- kedua daerah ini merupakan daerah wisata yang patut kita pertimbangkan untuk sekali waktu kita kunjungi. Wisata pantai tentunya dengan sekaligus menikmati aneka seafood yang dijamin (take care) full-kolesterol ! Mulai dari kerang lokan, aneka ikan laut, cumi-cumi, kepiting, ensopor-ensopor. Tanggung maknyuss (sayangnya pasangan sambalnya tidak se"nyuss" yang ada di resto-resto di Jawa atau Aroma La Bakang - Makasar sana?).



Bagaimana dengan akomodasi hotel? Tidak ada yang perlu dikawatirkan, cuma saran saya sebaiknya anda pesan tempat terlebih dahulu jauh sebelumnya. Khususnya kalau anda mau bermalam di resort-resort pantai yang banyak bertebaran di Pantai Tanjung Pesona (Tanjung Pesona Beach Resort, bintang 3, http://www.tanjung-pesona.com); maupun Pantai Parai Tenggiri (yang paling bisa saya sarankan). Memang kedua resort ini cukup jauh dari Kota Pangkal Pinang, sekitar 1 jam perjalanan mobil dengan tarif sekitar 250 ribu/mobil (Toyota Avansa) dari airport (sekali drop). Di Kota Pangkal Pinang (Pulau Bangka) juga ada hotel besar (Novotel) yang barusan saja berdiri dan diresmikan, yang cuma berjarak sekitar 15 menit dari Airport (kelihatan saat pesawat mendarat). Masalahnya kalau kita ke Bangka atau Belitung dan tidak bermalam di area sekitar pantai, itu ibaratnya kita ke Bali tanpa menikmati Kuta Beach atau Sanur Beach ... aneh dan mubazir kan?


Ya, menggelandang ke Kepulauan Bangka Belitung --- tak pelak lagi --- utamanya adalah wisata pantai. Begitu banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi, tapi hanya 3 - 4 pantai saja yang sempat saya datangi selama 3 hari (2 malam) berada di Pulau Bangka. Pertama, karena jaraknya yang paling dekat dengan kota Pangkal Pinang yang kami kunjungi adalah Pantai Pasir Padi (lihat photo diatas). Pantai ini berstruktur landai, memiliki kontur pasir yang padat serta hamparan berwarna kecoklatan sepanjang pantai; membuat pantai ini ramai dikunjungi wisatawan. Berjarak cuma 8 km dari pusat kota Pangkal Pinang dan terletak di Desa Air Itam. Di sepanjang pantai terdapat beberapa rumah makan yang menawarkan makanan laut (seafood lagi?) yang menjadi alasan untuk tidak melewatkan tempat ini. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki waktu lama untuk mengunjungi pantai-pantai yang lain yang jaraknya lebih jauh.

Pantai kedua yang saya/kami kunjungi adalah Pantai Tanjung Pesona. Sayang saat datang ke lokasi ini (jaraknya sekitar 9 km dari Kota Sungai Liat, atau hampir 50 km --- satu jam perjalanan --- dari Kota Pangkal Pinang) sudah menjelang gelap sehingga tidak/kurang bisa menangkap dimana letak "pesona"nya (lihat gambar/photo dibawah ini).


Konon kata sopir yang merangkap "guide" pada saat hari cerah pemandangan laut lepas dan susunan bebatuan yang alami memberikan pemandangan yang "luar biasa" dan mempesona kita yang baru pertama kali mengunjunginya. Letak Pantai Tanjung Pesona ini juga berdekatan dengan Pantai Tikus (memangnya banyak tikusnya?) yang tidak kalah indah mempesona. Tempat ini dilengkapi dengan hotel bintang 3 dan fasilitas lain yang membuat pengunjung betah tinggal. Kami sendiri waktu itu hampir "tergoda" untuk meninggalkan hotel yang kami tempati di Pangkal Pinang untuk pindah ke sini. Usut punya usut ternyata Sang Sopir (merangkap guide) punya istri yang bekerja di Hotel Tanjung Pesona ini. Di sekitar Tanjung Pesona ternyata juga ada beberapa pantai lain yang juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi seperti Pantai Batu Berdaun, Pantai Rambak (?), dan lain-lain. Seperti umumnya pantai-pantai di kepulauan Bangka Belitung juga berhamparan batu-batu granit sepanjang pantai yang memberikan karakteristik dan pemandangan yang begitu khas. Sulit ditemui ditempat-tempat (pantai) lain. Bisa jadi berabad-abad tahun yang lalu ada semacam retakan bumi yang mengeluarkan semacam magma yang kelak kemudian mengeras menjadi batu dan mineral tambang (timah putih) yang "tinggal pungut" di permukaan bumi. Bisa dilihat di beberapa gambar/photo dibawah ini:



Hari dan malam kedua berada di Pulau Bangka, kami sepakat untuk "bedol hotel" alias pindah ke resort yang ada di lokasi Pantai Parai Tenggiri. Tempat yang kami rasa jauh lebih "mempesona" dibanding dengan pantai-pantai lain di Pulau Bangka. Tempat yang bagus untuk liburan, refreshing dari kesibukan kerja, dan terkenal dengan keindahan pemandangan laut dan nuansa yang menyenangkan. Bagi mereka yang punya hobby menyelam (snoorkling?) patut dicoba dan jangan dilewatkan. Terletak di Desa Matras --- nama pantainya juga Pantai Matras --- sekitar 8 km dari Kota Sungai Liat dan tidak jauh dari Pantai Tanjung Pesona. Disini ada hotel (tepatnya resort) berbintang empat yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas hiburan lainnya. Bagi mereka yang punya hobby mancing, tidak usah naik perahu ke tengah laut, cukup "mendaki" bukit batu dan lempar kail pancing anda. Kalau beruntung bisa jadi ikan tenggiri yang akan menggelepar menggairahkan di ujung pancing! Mantap !!!





Akhir kata, setelah tiga hari "menggelandang" dari satu pantai ke pantai yang ada di sebagian pantai indah yang bisa dijumpai di Pulau Bangka kami menyadari kalau wisata pantai yang telah dilakukan cukup bisa mengobati rasa ingin tahu yang cukup menggebu sejak beberapa kawan setelah nonton film Laskar Pelangi merekomendasi. Ketidaktahuan kami tentang lokasi sebenarnya dimana film LP itu dibuat, tidak membuat kami terlalu kecewa. Bahkan memotivasi kami untuk membuat rencana baru untuk kali yang lain ganti menggelandang ke Tanjung Pandan di Pulau Belitung. Maybe someday ?



Pulau Bangka, 19 - 21 Februari 2011.